Jumat, 15 Januari 2010

Mainan Anak : Kereta Api



Harga : Rp 150.000,- belum termasuk ongkos kirim


Demi barang idaman, pura-pura tak kenal dengan teman pun dilakukan. Bila sudah cinta dan sangat mengidamkan, kondisi apa pun akan dikesampingkan demi memilikinya.

Bagi sebagian orang, botol limun tua atau jam weker mati tidak ada harganya. Daripada memenuhi rumah tanpa guna, barang-barang itu lebih baik menghuni gudang. Atau kalau ada tukang loak, lebih baik barang itu dijual saja. Toh, sudah tak terpakai!

Pola pikir seperti ini jangan harap dianut seorang Daniel Supriyono. Justru barang-barang lama yang disebutnya djadoel (alias djaman doeloe) ini melahirkan gairah tersendiri buat dia. Segala hal yang berhubungan dengan barang lama, kuno, pasti akan menjadi bagian dari koleksinya yang kini tak terbilang jumlahnya.

Koleksi Ketua Komunitas Djadoel sekaligus fotografer Tabloid Nova ini, antara lain mainan tradisional anak-anak, seperti layang-layang Bali, gasing bambu, peluit bambu, iklan kuno, jam weker, perabot rumah tangga, mesin ketik, sampai botol limun antik.

“Kalau mulai mengoleksi barang djadoel sebenarnya belum terlalu lama,” demikian katanya membuka percakapan. Mulanya, Daniel hanya mengamati beberapa temannya yang rajin mengikuti event-event yang berkaitan dengan koleksi jadoel sejak Desember 2007. “Lama-lama saya ketularan dan menyukai barang-barang antik,” lanjutnya.

Awalnya, laki-laki 40 tahun ini mencoba mulai mengoleksi mainan tradisional anak-anak yang menurutnya sudah banyak dilupakan orang. Barang-barang itu diburunya di setiap pasar malam tradisional yang hadir secara keliling di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Demi menambah informasi dan koleksinya, Daniel jadi rajin bertemu dengan sesama pencinta barang djadoel. Lewat ajang kumpul-kumpul ini, beragam informasi terbaru pasti ada. Selain itu, tentu, menjalin keakraban dan persahabatan di kalangan pencinta barang djadoel.

Setelah pertemuan dilakukan secara rutin, akhirnya tercetus ide untuk membentuk komunitas khusus pencinta barang-barang lama. Pada Mei 2009 lahirlah Komunitas Djadoel. Kelompok ini semakin intens mengadakan pertemuan.

Bagi laki-laki kelahiran Kota Kudus, Jawa Tengah, ini terbentuknya Komunitas Djadoel semakin memberinya peluang untuk mengoleksi benda lain selain mainan anak-anak. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ada poster iklan kuno, jam weker, perabot rumah tangga, mesin tik, sampai botol limun antik. “Jenis barang antik yang saya koleksi hanya yang ringan, tidak seperti arca, prasasti, atau daun lontar. Tapi yang penting fun,” ujar Daniel.

Harga barang-barang koleksinya ini, menurut Daniel, murah meriah! Dengan uang 5 ribu rupiah, dia pasti bisa membawa pulang satu koleksi baru yang dibelinya dari pasar loak.

Saat ini, koleksi Daniel sudah mencapai ratusan item. Ada foto-foto tahun ‘40-an, dokumen pribadi seperti KTP, piringan hitam, dan ijazah dansa. Semua barang-barang ini memenuhi tiga buah lemari antik yang terbuat dari kayu jati yang memang disediakan khusus untuk menyimpan koleksinya.

Sering kali perburuan tidak berhenti sampai di pasar loak saja. Daniel berkisah kadang ia harus bertandang ke rumah-rumah orang untuk mencari barang-barang yang bisa bergabung dengan koleksinya yang lain. “Yang penting harus tebal muka kalau mau hunting,” ujar Daniel sambil tertawa.



Romantika Berburu

Sulitnya berburu barang antik menjadi tantangan menarik untuk para kolektornya. Sering kali barang yang didamba tidak didapatkan begitu saja, ada alurnya. Tapi demi cinta, Daniel misalnya, merasa perlu untuk mengejarnya sampai di mana pun juga. “Untuk mendapat sebagian koleksi, saya berburu sampai Surabaya, Malang, Yogyakarta, dan Magelang,” katanya.

Namun, untuk memuaskan rasa penasarannya, Daniel menyatakan dia juga berusaha jeli di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. “Kalau mau beli sebetulnya banyak yang murah, bahkan ada yang dijual kiloan, seperti koran atau majalah lama. Kemudian dipilih gambar yang menarik, misalnya gambar Bung Karno. Dengan ditambah pigura, nilai jualnya juga bertambah,” ujarnya.

Ada kesepakatan bersama yang diterapkan Komunitas Djadoel. Para anggotanya dilarang bertanya, dari mana seorang anggota mendapat benda yang diinginkan? “Mereka tidak boleh bertanya dapat barang dari mana. Meskipun tidak ada peraturan tertulis, tetapi begitulah yang dianut.”

“Kesepakatan” ini terjadi karena para anggota mengerti betul sulitnya mencari barang djadoel idaman. Saking sulitnya, tapi karena sudah amat menyukai, segala cara bisa dilakukan. Menurut Daniel, apabila kebetulan dia dan seorang teman bertemu di sebuah tempat ketika sedang berburu, maka mereka akan berpura-pura tidak saling kenal. Hal ini untuk menghindari pedagang menaikkan harga.

Walau tak ada spesifikasi khusus soal barang antik yang diburunya, para penggemar barang djadoel biasanya memperhatikan tingkat kemulusan benda yang diincarnya. Harganya pun akan semakin tinggi jika barang itu ternyata memiliki nilai sejarah.

Namun demikian, tak semua barang koleksi memunyai dua poin tersebut. Sebab bila sudah cinta dan sangat mengidamkan, kondisi apa hpun akan dikesampingkan demi memilikinya.
(not/L-4)

Dari : koran-jakarta.com

1 komentar:

  1. salam hangat.. iya sy lagi cari referensi tentang barang mainan antik unik dan mendidik.. saya dapat blog ini.. menarik.. saya akan baca-baca lebih lengkap mbak..

    BalasHapus

Link

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...