June 15th, 2008 Safak Muhammad Posted in Media Coverage |
Dua tahun lalu, saya belum kenal dengan buku-buku tua atau antik. Bahkan dibenaknya, buat apa buku-buku bekas, tua/antik yang kertasnya sudah berwarna kuning bahkan lusuh itu dikoleksi. Tapi, pikiran itu berubah total setelah pada suatu hari dia membaca sebuah koran ibukota yang membahas tentang buku-buku tua dan profil seorang pedagang buku tua yang cukup sukses.
Otak dagang saya pun mulai jalan, dan mulai berencana mengembangkan bisnis ini: berjualan buku-buku bekas, tua dan antic. Hal ini juga sejalan dengan bisnis saya yang sudah ada yakni penerbitan buku. Tak disangka, bisnis ini membawa saya menjadi pemilik toko buku-buku antic www.bukubagus.com (antique, unique & rare books center) sampai sekarang.
Untuk mewujudkan niat tersebut, pada akhir tahun 2006, saya mulai bergerilya mendapatkan buku-buku antik dan langka. Karena dia tidak mengetahui bagaimana mendapatkan buku-buku tua itu, saya mencoba dengan memasang iklan di sebuah harian ibukota. Sayangnya, hasilnya tidak menggembirakan. Hanya ada beberapa orang yang menawarkan buku. Ironisnya lagi, semuanya menawarkan buku Dibawah Bendera Revolusi tulisan mantan presiden Ir. Soekarno dengan harga diatas Rp10 juta rupiah. Saya pun mulai ragu, apakah saya bakal bisa berbisnis buku-buku tua ini, karena khawatir susah mendapatkan supply buku-buku tersebut. Kalaupun ada, harganya mahal sekali.
Beberapa hari kemudian, saya ditelepon oleh seorang sopir angkutan umum yang menawarkan sebuah buku lawas karangan Jawaharlal Nehru terbitan 1950-an. Buku itu ditawarkan Rp 100 ribu. Saat itu saya bilang pikir-pikir dulu, karena menurut saya buku itu mahal!. Sepekan kemudian, saya menelepon sopir angkot tersebut dan menyatakan setuju atas tawaran buku itu. Sayang, buku itu sudah menjadi abu. Buku itu sudah dijadikan bahan perapian untuk menanak nasi oleh ibu si sopir.
Sejak kejadian pahit itu, saya bertekad menyelamatkan buku-buku langka. Menurut saya, buku-buku langka sangat bermanfaat bagi para kolektor ataupun peneliti, juga bagi mereka yang ingin ‘kembali’ ke masa silam (bernostalgia). Tekad saya yang semula mengendur, kini semakin kuat untuk menekuni bisnis buku antik dan langka. Anehnya, sejak kejadian itu, niat saya berubah. Tidak hanya bisnis semata, tetapi justru ingin menyelamatkan buku-buku tua yang nyaris punah.
Kini, saya sudah memiliki koleksi hampir 25.000 buku. Saya pun sangat menikmati berburu buku langka. Ternyata, berburu buku langka itu ternyata mengasyikkan. Mengapa? Menurut saya, butuh ketekunan dan pengorbanan. Paling tidak, ada empat hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, karena pekerjaan ini butuh ketelatenan atau kesabaran. Berburu buku langka itu susah-susah gampang. Sebab, tukang loak seringkali tidak tahu bahwa buku yang dijualnya termasuk kategori langka. Maka dari itu, mereka menjualnya dengan harga murah. Padahal kalau sudah di tangan kolektor harganya sangat tinggi.
Kedua, karena seringkali harus bertemu dengan para pemulung, tukang loak atau pengumpul barang bekas, saya pun harus mampu memahami perilaku mereka. Jika tidak, jangan harap akan mendapatkan buku-buku yang diinginkan. Para tukang loak, biasanya sudah memiliki banyak pemesan buku-buku langka dari para kolektor. Karena itu, sebagai pemain baru, butuh kerja ekstra untuk ”mencuri” hati mereka agar mau menjual barangnya kepada kita.
Ketiga, kita juga harus mampu memberikan pemahaman agar tukang loak itu tahu soal judul, tema, atau pengarang buku yang termasuk kategori langka. Pasalnya, jika penjual tidak paham, buku itu bisa digunakan untuk yang lain, misalnya untuk bahan perapian. Risikonya memang harga belinya jadi naik, tapi itu lebih baik daripada hangus jadi abu. Nah, disinilah seninya untuk menjelaskan kepada para tukang loak agar mereka paham, tapi juga tidak membuat mereka ‘GR’ sehingga harganya menjadi selangit.
Keempat, berburu buku langka itu ternyata bisa having fun. Kita bisa senang dengan buku-buku yang kita dapatkan. Kita juga bisa mendapatkan untung lumayan besar, bila buku yang kita peroleh termasuk buku langka. Juga, ada kebanggaan dengan memiliki buku-buku yang tidak dimiliki orang lain. Dengan berburu buku langka, kita juga semakin banyak tahu dengan hal-hal yang baru, bahkan yang tidak bisa ketahui dari buku-buku baru. Kita bisa tahu peristiwa-peristiwa penting pada masa lalu, sehingga kita bisa mengambil hikmahnya.
Keasyikan lainnya dalam berburu langka, karena seringkali kita bertemu dan berkenalan dengan para kolektor. Kita jadi banyak teman. Bahkan kita juga bisa membantu orang lain dan membuat mereka lebih bahagia, karena buku-buku yang lama mereka cari dapat ditemukan melalui kita. Saya punya cerita menarik mengenai hal ini.
Beberapa bulan lalu tepatnya bulan Februari 2008, ada seorang siswa yang menghilangkan buku milik perpustakaan sekolahnya. Sialnya lagi, buku yang dihilangkannya itu adalah buku terbitan lama dan sudah tidak ada lagi stoknya di toko buku. Gara-gara ini, si siswa menjadi stress dan sakit serta tidak mau sekolah lagi. Sang bapak dari siswa ini kebingungan dan berusaha mencari buku yang hilang itu ke toko-toko buku namun tidak ketemu. Alhasil, dia menemukan buku itu di www.bukubagus.com yang saya kelola. Ini sangat membanggakan dan saya merasa puas karena bisa membantu masyarakat.
Meski banyak sukanya, berburu buku langka juga ada dukanya. Salah satu yang sering membuat kecewa adalah ketika kita sudah berkeliling ke tempat-tempat loak tapi bukunya tidak ada. Lebih kesal lagi, bila tukang loak yang ditemui bercerita kalau buku yang kita cari sehari sebelumnya sudah dibeli orang.
Apa kriteria sebuah buku dikategorikan langka? Menurut saya, ada tiga kategori buku langka. Pertama, buku baru, tapi dicetak dengan jumlah terbatas. Kedua, buku terbitan lama yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun yang bernilai sejarah, terkait tokoh penting di zamannya, atau peristiwa penting masa lalu. Namun, tidak semua buku tua berumur ratusan tahun termasuk buku langka. Ketiga, buku yang menjadi favorit di masa penerbitannya dan sudah tidak diterbitkan lagi. Dengan kriteria ini, masyarakat sudah bisa menilai sebuah buku, apakah termasuk langka atau tidak. Yang pasti, berburu buku langka itu mengasyikkan, mendapatkan banyak kenalan, bisa membantu orang, dan (kalau kita beruntung) mendapatkan uang.
*) Safak Muhammad, Pengelola bukubagus.com, alumnus Magister Manajemen Institute Pertanian Bogor (IPB), dan penulis beberapa buku best seller
Matabaca, Vo.6/no.10/Juni 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar